Satu Kesulitan Diapit Banyak Kemudahan
Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
Masalah dan kesulitan ada untuk menguatkan, bukan melemahkan. Masalah dan kesulitan ada untuk mendewasakan. Tanpa ada masalah dan kesulitan, barangkali kita tidak belajar menjadi dewasa.
Namun demikian, wajar dan manusiawi bila kita bersedih saat menghadapi masalah dan kesulitan. Yang dilarang adalah berputus asa. Karena, putus asa itu sifatnya orang kafir (QS. 12: 87) dan orang tersesat (QS. 15: 56).
Seorang mukmin haruslah memiliki ketangguhan mental dan spiritual saat menghadapi masalah serumit apapun dan kesulitan seberat apapun. Layaknya Bunda Hajar ketika hadapi kehausan Ismail di tengah padang pasir gersang dan tiada oase sekalipun.
Sejatinya, Allah telah menjanjikan 1 kesulitan diapit banyak kemudahan. Ini jaminan-Nya yang tertuang indah dalam Alquran. Saksamailah firman-Nya yang indah dalam surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6.
“Maka, sesungguhnya bersama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran). Sesungguhnya, bersama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran).” (QS. Al-Insyirah [94]: 5-6).
Perhatikan, ketika Allah menyebut kesulitan, ada alif lam yang melekat. Ini artinya, al-‘usr bentuknya isim makrifat. Sedang, ketika Allah menyebut kemudahan tiada alif lam yang melekat. Ini artinya, yusran bentuknya isim nakirah.
Isim makrifat bermakna spesifik, khusus, tertentu. Sedangkan, isim nakirah bermakna general, luas, banyak. Artinya, kesulitan pada ayat 6 adalah kesulitan yang sama dengan ayat 5. Sedang, kemudahan pada ayat 6 adalah kemudahan yang berbeda dengan ayat 5.
Maka, makna ayat di atas selengkapnya adalah sesungguhnya bersama satu kesulitan ada banyak kemudahan.
Indah sekali janji dari Allah ini. Tugas kita adalah mengerahkan kemampuan terbaik untuk menemukan jalan-jalan kemudahan tersebut.
Masihkah kita merasa lemah dalam menghadapi masalah dan kesulitan?