*Oleh: Imroatul Hasanah
Saat ini, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah tidak dapat dihindari lagi. Globalisasi yang kian meluas, membawa dampak nyata bagi terbukanya ruang dan kesempatan baru dalam perekonomian dunia, termasuk bagi negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Keberadaan Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara mendorong negara-negara ASEAN dalam menggagas kerja sama di bidang ekonomi yang lebih luas lagi. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digagas untuk membentuk pasar tunggal dan menciptakan kondisi yang kompetitif antarnegara demi meningkatkan ekonomi negara-negara anggotanya, (Kemenlu RI, 2015). Dengan adanya MEA, tentulah akan semakin banyak persaingan ketat terutama dalam bidang lapangan pekerjaan. Karena bukan hanya dengan orang Indonesia saja nantinya kita bersaing dalam mencari pekerjaan, melainkan dengan seluruh warga Asia Tenggara.
Dalam menanggapi agenda arus bebas tenaga kerja tersebut, pendapat masyarakat, praktisi, dan kalangan akademisi terbagi menjadi dua. Ada pihak yang menganggap arus bebas tenaga kerja sebagai sebuah ancaman, sementara ada pula pihak yang menganggap sebagai peluang bagi tenaga kerja Indonesia.
Lantas bagaimana kesiapan kita, khususnya para lulusan perguruan tinggi, dalam menghadapi kondisi ini? Sudah siapkah kita dengan berbagai macam bentuk persaingan yang ada? Tentulah hal ini juga harus menjadi salah satu fokus pemerintah maupun seluruh perguruan tinggi dalam upaya menyiapkan para lulusannya agar memiliki kompetensi unggul sehingga mampu bersaing dalam mengadapi era MEA. Penguasaan bahasa asing, dalam hal ini khususnya bahasa inggris, yang merupakan bahasa internasional juga tidak bisa dikesampingkan lagi, karena merupakan salah satu modal utama bagi para lulusan perguruan tinggi saat ini.
Disisi lain, Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara, dimana banyak investor asing melakukan transaksi dalam sektor perdagangan di sejumlah wilayah besar Indonesia. Hal ini dikarenakan perilaku penduduknya yang cenderung konsumtif, serta jaminan keuntungan yang didapatkan karena banyaknya jumlah konsumen yang menggunakan produk barang dan jasa. Selain itu juga, pertimbangan luas wilayah Indonesia yang memiliki jangkauan cukup besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya jika dilihat dari letak geografisnya. Dengan demikian, secara tidak langsung lulusan perguruan tinggi di Indonesia akan menjadi objek yang mendapatkan dampak paling besar dengan dibukanya MEA.
Lulusan perguruan tinggi diharapkan bisa menjadi aset dan tumpuan bagi masa depan bangsa yang lebih baik, sehingga berdampak pada tercapainya kesejahteraan masyarakat. Karena semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, diharapkan semakin baik pula tingkat perekonomian dan status sosial negara tersebut di mata internasional.
Oleh karena itu, lulusan perguruan tinggi saat ini tidak hanya dituntut untuk kompeten dalam bidangnya saja, namun lebih dari itu, mereka dituntut pula untuk bisa menciptakan landscape baru guna membantu mengatasi masalahan perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan itu sendiri. Sehingga bukan saatnya lagi lulusan perguruan tinggi berjibaku untuk mengisi pos-pos lowongan pekerjaan, namun ia juga harus turut serta menjamin terciptanya lingkungan usaha yang baru.
Dibutuhkan kemampuan (skill) yang memadai untuk bisa mewujudkan ide-ide kreatifnya agar dapat tertuang ke dalam dunia usaha sesuai dengan cakupan bidang ilmu yang dipelajarinya, maka disinilah muncul konsep “Program Studi Berbasis Kewirausahaan”. Konsep ini sangatlah penting, karena bisa menjadi bekal bagi para lulusan perguruan tinggi untuk melanjutkan kehidupan pasca sarjana dan bersaing di era MEA, serta ditunjang dengan perkembangan generasi yang semakin kreatif dan inovatif dalam melihat peluang usaha.
Menurut Fakultas Teknik dan Teknologi Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (FTTI UNJAYA), Program Studi Berbasis Kewirausahaan adalah program studi yang mencakup bidang akademik multidisipliner yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan (science) dan teknik-teknik kewirausahaan yang diharapkan sukses membawa inovasi ilmiah hasil penelitian ke dalam dunia bisnis, yang dirancang untuk merespon tuntutan bangsa dan pasar agar lahir para wirausahawan muda yang handal, yang mampu mengelola kekayaan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan dan pangan yang dimiliki oleh Indonesia secara profesional dan berkelanjutan.
Dengan konsep ini diharapkan para lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan identifikasi yang efektif untuk menangkap dan menerjemahkan inovasi dan peluang life sciences ke dalam dunia bisnis.
Selain itu, lulusan perguruan tinggi juga akan mempelajari 10 pilar kepemimpinan kewirausahaan: paradoks kewirausahaan, kreativitas kewirausahaan, peluang kewirausahaan, inovasi kewirausahaan, model canvas bisnis, rencana bisnis, dana start-up, inkubasi, komersialisasi, dan keterampilan kepemimpinan. Sehingga hal ini diharapkan mampu menjadi bekal bagi para lulusan perguruan tinggi selain disiapkan sebagai Entrepreneur berwawasan life sciences juga mampu mendirikan perusahaan atau usaha sendiri, bersaing dan menempati posisi-posisi strategis dalam manajemen dan eksekutif di berbagai instansi atau perusahaan, maupun menjadi konsultan bisnis yang handal.
Belum banyak perguruan tinggi di Indonesia yang menerapkan konsep ini, hanya ada beberapa perguruan tinggi saja yang baru memulai untuk menerapkannya. Semoga dengan hadirnya konsep ini bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah dan perguruan tinggi lainnya untuk menjadikannya salah satu solusi dalam meningkatkan kompetensi lulusan perguruan tinggi di era MEA. Sehingga negara kita dapat terbebas dari ancaman arus global MEA dan berbalik menjadi peluang sukses yang lebih besar bagi para lulusan perguruan tinggi di Indonesia nantinya.
Referensi:
Apresian, SR. 2016. Arus Bebas Tenaga Kerja dalam Era masyarakat Ekonomi ASEAN: Ancaman Bagi Indonesia?. Indonesian Perspective Journal Vol. 1, No. 2 (Juli-Desember 2016): 15-29.
Cermati. 2017. Mayarakat Ekonomi Asean (MEA).
(https://www.cermati.com/artikel/masyarakat-ekonomi-asean-mea-inilah-yang-perlu- diketahui), [diakses tanggal 1 Mei 2020].
Kemenlu RI. 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
(https://kemlu.go.id/portal/id/read/113/halaman_list_lainnya/masyarakat-ekonomi-asean-mea), [diakses tanggal 3 Mei 2020].
UNJAYA. Program Studi S1 Bio Kewirausahaan. Yogyakarta: (https://ftti.unjaya.ac.id/program-studi-s-1-bio-kewirausahaan/), [diakses tanggal 1 Mei 2020].
Biodata Penulis:
Nama : Imroatul Hasanah, S.Si
Tempat&Tanggal Lahir: Lampung, 19 Januari 1993
Pendidikan : S1 Biologi, Universitas Brawijaya
E-mail : hasanahtrydes@gmail.com
No. HP/WA : 0856 6980 0551/
Hobi : Menulis, Membaca, dan Wisata Kuliner
Aktivitas : Bekerja sebagai Tenaga Pendidik