CALL US NOW 08 123 123 30 71
DONASI

Penguatan Kompetensi PT Indonesia, yakin gamau dicoba?

 

Oleh : Ariqah Nabila Tama Nst

 

Manusia merupakan ciptaan Ilahi yang dikaruniai kebebasan yang bertanggungjawab. Mereka mempunyai kebebasan untuk mengesplorasi alam dan dunianya untuk peningkatan mutu kehidupanya. Namun nyatanya dalam tingkat Pendidikan Tinggi, masih banyak saja lulusan yang belum dapat menjalankan tugasnya sesuai kompetensi yang telah direncanakan. Sehingga peran aktif lulusan perguruan tinggi di masyarakat kurang terserap dimana seharusnya mereka mampu mandiri, namun dalam kenyataanya masih banyak yang menjadi tanggung jawab pemerintah, bukan hanya itu, bahkan mereka terkadang tidak mengerti kemana ia akan melangkah setelah meninggalkan pendidikan tinggi tersebut.

Mengenai penyerapan lulusan perguruan tinggi ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang belum selesai. Pendapat masyarakat menyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi tidak mampu bekerja sebagaimana yang di inginkan dunia kerja, yakni keahlian yang dimiliki masih jauh dari harapan. Adapun kalangan perguruan tinggi yang membantah opini tersebut, mereka berpendapat bahwa tujuan pendidikan itu tidak disiapkan hanya untuk siap kerja, tetapi jauh lebih luas, yakni menyangkut pembentukan peserta didik menjadi manusia seutuhnya dan keterampilan merupakan hal yang penting yang dapat dimiliki oleh seseorang.

Tahun demi tahun berganti, perkembangan pun semakin pesat, dan ranah persaingan semakin tajam. Institusi pendidikan tinggi ditantang untuk bisa menselaraskan dan memenuhi kualitas kelulusannya agar siap pakai di dunia kerja dan siap berkompetisi dengan negara lain. Lantas bagaimana kita bisa mewujudkannya? Asumsi yang berkembang telah menjadikan penguatan kompetensi sebagai pemecahan masalah yang ada. Kompetensi individu bisa digunakan sebagai alat seleksi calon tenaga kerja yang potensial, memperjelas standar kerja dan juga harapan yang ingin di gapai oleh sebuah perusahaan. Dengan adanya kompetensi, memudahkan perusahaan untuk menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai organisasi yang sudah terbentuk. Lalu bagaimana cara meningkatkan kompetensi tersebut?

Untuk menambah mutu serta kemampuan mahasiswa semasih dia mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, maka perlu ditambah dengan kemampuan berorganisasi, sebab di dalam organisasi ini akan mampu mengembangkan potensi pribadi bagi mahasiswa dan menambah pengalaman guna menunjang ilmu pengetahuan yang diterimanya. Disamping itu dosen juga harus memiliki kompeten dan kualitas untuk memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan yang ada. Tanpa ada upaya untuk meningkatkan kualitas dosen, perubahan mendasar pada kurikulum dan metode belajar mengajar akan timpang dan bisa jadi kurang efektif. Untuk menghasilkan kualitas tenaga lulusan Pendidikan Tinggi, maka PT harus bekerja sama dengan pihak dunia usaha/industri sebagai penyerap dan pemakai tenaga lulusan Pendidikan Tinggi.

Riset mengatakan dalam rancangan lima tahun ke depan, indikator kinerja diukur dengan indeks Pendidikan Tinggi ditargetkan berada pada peringkat 56 besar dunia dengan nilai 5,0 dan indeks inovasi Indonesia yang ditargetkan berada pada peringkat 26 besar dunia dengan nilai 4,4. Mempersiapkan kompetensi SDM dan penguatan kompeten Pendidikan Tinggi sejak dini merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mampu bersaing memenangkan dan memperebutkan kesempatan kerja yang terbuka di berbagai bidang pekerjaan dan profesi.

Disamping itu pula, opini yang kita asumsikan selama ini ternyata tak sepenuhnya benar. Selama ini kita sering membedakan kualitas SDM antara yang ada di kota dengan yang di desa, antara Pendidikan Tinggi Jawa dengan luar Jawa, antara tempat terpencil dengan modern. Penilaian itu sangat salah. Setiap manusia memiliki kecerdasan yang sama, yang membedakan adalah ketajaman dalam berpikir. Ketika seseorang dinilai cerdas, itu karena mereka sering mendapatkan pendidikan sehingga otak mereka sering terasah, berbeda dengan mereka yang jarang bahkan tidak mendapatkan pendidikan yang layak, maka akan cenderung tumpul dalam berpikir.

Jurang perbedaan kualitas pendidikan tampakya berada antara Pendidikan Tinggi Jawa dengan Luar Jawa. Di mana terjadi perbedaan antara yang terbaik dan yang di belakang. Tak jarang kita lihat lulusan PT Jawa lebih mampu bersaing dalam eratnya kompetisi yang ada, baik dalam ranah perkuliahan bahkan dalam hal ketenagakerjaan. Lantas apa yang salah dengan pendidikan kita? Pemerintah atau mahasiswa? SDA atau infratruktur? Tidak ada gunanya untuk menyalahkan siapapun, kita semua sama, satu kesatuan Indonesia. Dan bukan berarti kita bisa sepele dengan permasalahan ini.

Penguatan tata kelola dan manajemen dari sistem pendidikan dapat membantu mempersempit ketidaksetaraan kualitas Pendidikan Tinggi antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Agar dapat berhasil, program pengembangan kapasitas yang akan datang harus memperhitungkan rintangan-rintangan khusus yang dihadapi oleh suatu daerah. Hal ini juga dapat membantu Indonesia untuk memastikan bahwa tidak satu pun anak tertinggal pada saat agenda pembangunan baru yang sedang berlangsung. Perbaikan bukan terletak pada infrastuktur, namun dari sisi sumber daya manusianya yang besar antara Jawa dan luar Jawa. Untuk itu penguatan kompetensi sangat penting dalam meminimalisir pertimbangan yang terjadi. Namun yang perlu disadari, perbedaan yang terjadi bukanlah halangan bagi seseorang dalam mendapatkan pendidikan yang layak, asalkan masih mempunyai niat dan usaha kita semua mampu bersaing dalam berbagai ratusan tantangan yang ada.

 

 

|| Sekilas tentang saya ||

Ariqah Nabila Tama Nst, Mahasiswi Universitas Negeri Medan Semester 2, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 🙂

 

 

 

 

 

 

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *