“Dalam buku Jang Oetama Jejak dan Perjuangan H.O.S Tjokroaminoto” pada bab diantara perubahan zaman dan titik temu kiai-priyayi kita tentu dapat menemukan bagaimana sebetulnya agenda pergerakan yang diinginkan Pak Tjokro itu, ya kata Zelfbestuur adalah kata kuci dari pergerakan yang diinginkan pak Tjokro itu.
Kata Zelfbestuur yang bermakna (Pemerintahan Sendiri) merupakan perjuangan yang tidak hanya didengungkan untuk kepentingan koridor lokal, lebih jauh dari itu kata ini selanjutnya meredesain Sarekat Islam yang awalnya bernama Sarekat dagang Islam.
Pemikiran mendasar selanjutnya mengenai konsepsi nasionalisme yang ditulis dikoran Fadjar Asia tahun 1924 telah memberikan sumbangsih refleksi terhadap bangsa yang luar biasa, bagaimana tidak? tulisan menarik beliau yang berjudul “Islam dan Nasionalisme” memberikan sudut pandang yang baru dari seorang Pak Tjokro.
Beliau menuliskan bahwa, Nasionalisme, menurutnya bukan seperti gerakan Nasionalisme Turki yang menginginkan kemerdekaan dari ruh Islam, ruh Illahi, menggantikannya dengan ruh berwajah barat yang disebut beliau “kewadagan” atau materialisme, sekaligus pembatasan-pembatasan praktik-praktik ibadah dan pentas simbol-simbol Islam di ruang publik, menggantikannya dengan simbol-simbol kebudayaan Turki.
Tulisan mengenai refleksi yang membuat siapapun semakin memahami bagaimana konsepsi Nasionalisme yang dimaksudkan pak Tjokro.
Beliau kembali menegaskan bahwa, Nasionalisme bukan cara untuk bersepakatnya menjadi Satu Bangsa, perasaan bersama sebagai bagian dari nation dan direalisasikan secara terorganisasi menjadi keputusan politik bersama dalam sebuah state, sehingga mengakibatkan islam tak mendapat ruang secara konsisten sebagaimana sifat dasar dan praktik-praktik Islam sebagai agama. Karena dengan mendefinisikan nation state sebagai bagian yang terpisah dengan agama Islam maka Nasionalisme seperti itu dianggap telah menyalahi substansi Nasionalisme sekaligus melampau makna Nasionalisme itu sendiri.
Konsepsi tentang patriotisme dan Nasionalisme memiliki makna yang tentunya menurut beliau bertautan dengan konsepsi religius. Dimana menurut beliau, patriotisme dan Nasionalisme adalah tanda-tanda hidupnya suatu umat, sedang kemerdekaan nasional wajib dicapai sebagai salah satu syarat menjalankan Islam dalam seluruh aspek kehidupan dan penghidupan.
Yang menarik dari tulisan beliau berikutnya tentu tentang penegasannya makna Nasionalisme, yang mungkin di saat ini juga kita dapat korelasikan bahwa menurut beliau, Nasionalisme bukanlah pidato berapi-api dan memukau ditempat pertemuan umum, tetapi dimanapun seorang muslim haruslah mengorbankan seluruh jiwa raga untuk mencapai kemerdekaan tumpah darah, dengan mengedepankan yang ma’ruf, kebaikan serta kebenaran, menjegah hal yang keji dan munkar (ummatun yad’uuna ilalkhairi waya’muruuna bil ma’ruf wa yanhauna ‘anilmunkar).
Konsepsi tentang Islam dan Nasionalisme dari sudut pandang pak Tjokro telah memberikan pengayaan luar biasa terhadap khasanah pengertian, bahwa, dalam konteks berbangsa dan bernegara maka hal ikhwal yang berkaitan dengan agama pun tidak kemudian dipisahkan. Memaknai tulisan beliau telah memberikan pemahaman mengenai korelasi yang cukup kuat antara Islam dan Nasionalisme.
Keren