CALL US NOW 08 123 123 30 71
DONASI

Mendorong Pemerataan Kualitas Perguruan Tinggi di Jawa dan Luar Jawa

 

Oleh: Muhammad Irsyad

Sebagai negara kepulauan sekaligus menjadi salah satu yang terluas di dunia, Indonesia memiliki tantangan yang cukup berat dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia-nya. Sektor pendidikan tinggi yang diharapkan mampu menunjang potensi tersebut, nyatanya masih terkendala oleh ketimpangan kualitas antara Perguruan Tinggi yang ada di Jawa dengan yang ada di luar Jawa.

Memang terdengar klise, namun data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau BAN-PT tahun 2019 bisa dijadikan gambaran. Data tersebut menunjukkan bahwa dari 96 Perguruan Tinggi yang terakreditasi A di Indonesia, hanya 21 Perguruan Tinggi yang berasal dari luar Pulau Jawa. Hal ini bahkan jauh lebih baik, karena pada tahun 2014, Perguruan Tinggi yang terakreditasi A di luar Pulau Jawa jumlahnya hanya ada 2.

Sebaran peminat SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri) tahun 2019 juga bisa dijadikan gambaran pendukung. Dari 20 PTN yang paling diminati pada SNMPTN tahun 2019, hanya ada 5 PTN yang berasal dari luar Pulau Jawa. Nampaknya, gap antara Perguruan Tinggi di Jawa dengan di luar Jawa masih terlihat cukup jauh.

Penyebab Ketimpangan Kualitas Perguruan Tinggi

Sebelum masuk lebih jauh pada sektor pendidikan tinggi, ada baiknya kita melihat dominasi Pulau Jawa di sektor ekonomi terlebih dahulu. Data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2019 menunjukkan bahwa Pulau Jawa mampu memberikan kontribusi PDB untuk Indonesia sebesar 59,00 persen. Kontribusi itu jauh lebih tinggi dibandingkan Pulau Sumatera (21,32 persen), Kalimantan (8,05 persen), Sulawesi (6,33 persen), Maluku dan Papua (2,24 persen), serta Bali dan Nusa Tenggara (3,06 persen). Data tersebut menunjukkan bahwa ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa bukan hanya terjadi pada kualitas Perguruan Tingginya, tetapi juga pada pertumbuhan ekonominya.

Sebenarnya itu adalah hal yang wajar. Kita tahu kalau Pulau Jawa memiliki Provinsi DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis terbesar di Indonesia. Dalam kacamata tata ruang wilayah, DKI Jakarta bisa disebut sebagai kutub pertumbuhan yang memberikan efek positif kepada wilayah-wilayah terdekatnya, termasuk seluruh provinsi yang ada di Pulau Jawa.

Sekarang pertanyannya, mengapa ketimpangan ekonomi ini perlu dibahas? Lalu apa kaitannya dengan ketimpangan kualitas Perguruan Tinggi di Indonesia?

Jadi begini, pada akhirnya kunci pertumbuhan ekonomi nasional ada di Pulau Jawa karena demand-supply baik untuk barang atau pun jasa menjadi begitu terpusat di sana. Nah, pertumbuhan ekonomi tersebut akan berdampak pada prioritas pembangunan di wilayahnya, termasuk di dalamnya adalah infrastruktur.

Seperti yang kita tahu, pembangunan infrastruktur di Jawa sangat masif dilakukan sejak lama dan terus berlanjut sampai saat ini. Akses transportasi, bangunan, telekomunikasi, hingga rekreasi, semuanya tersedia dengan baik. Selanjutnya, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang masif di suatu wilayah biasanya akan berdampak positif pada pengembangan di sektor-sektor lainnya, termasuk dalam hal ini di sektor pendidikan tingginya.

Betapa tidak, jika infrastrukturnya sudah baik, biasanya kualitas sarana dan prasarana yang ada di Perguruan Tinggi-nya juga ikut baik. Sebagai informasi, kualitas sarana dan prasarana adalah salah satu kriteria BAN-PT dalam menilai akreditasi Perguruan Tinggi di Indonesia. Tak heran jika dominasi perekonomian yang dipegang Pulau Jawa selaras dengan kualitas Perguruan Tinggi yang ada di sana.

Sekarang kita bandingkan saja dengan wilayah luar Jawa terutama bagian timur Indonesia, apakah pertumbuhan dan pembangunan ekonominya sudah seperti di Jawa? Konon pula berbicara kualitas sarana dan prasarana di Perguruan Tinggi-nya? Saya rasa masih kalah jauh. Wajar jika Perguruan Tinggi di Jawa begitu diminati. Dengan kata lain, jurang ketimpangan kualitas Perguruan Tinggi di Jawa dan luar Jawa juga disebabkan oleh ketimpangan di sektor ekonominya.

Mencari Solusi, Mendorong Pemerataan

Saya kira semua sepakat bahwa cara mengatasi ketimpangan adalah dengan mendorong pemerataan. Lalu bagaimana caranya mendorong pemerataan? Menurut saya, solusinya ada pada pemerintahnya sendiri.

Pemerintah perlu terus mengembangkan kutub-kutub pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa. Hal ini akan berpengaruh pada prioritas pembagian anggaran, pembangunan infrastruktur, dan menaikkan demand-supply di sana. Nantinya sektor pendidikan tinggi di luar Jawa akan ikut merasakan dampak positifnya. Sekali lagi, pemerataan ekonomi di Jawa dan luar Jawa menjadi sesuatu yang penting untuk diperjuangkan.

Setelah itu, lembaga pendidikan terkait seperti Kemenristekdikti (Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi) juga harus mendorong pemerataan mutu Perguruan Tinggi lewat kebijakan yang tepat sasaran. Salah satu kebijakan yang layak untuk terus dikembangkan adalah penerapan klasterisasi Perguruan Tinggi.

Saat ini, Kemenristekdikti telah membagi seluruh Perguruan Tinggi non-vokasi ke dalam lima klaster yang sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Klasterisasi ini akan mendorong interaksi antar Perguruan Tinggi di Jawa dan luar Jawa, sehingga nantinya dapat saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dengan begitu, pengembangan Perguruan Tinggi dapat lebih terarah sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing klaster-nya.

Langkah konkret yang bisa dilakukan adalah melalui kerjasama antar Perguruan Tinggi lintas Jawa dan luar Jawa. Sebagai contoh adalah penggalakkan pertukaran mahasiswa. Sebagian mahasiswa biasanya kerap melakukan pertukaran ke Perguruan Tinggi di luar negeri. Hal itu sudah bagus dan perlu dipertahankan. Hanya saja, sekiranya perlu untuk memberikan peluang lebih banyak kepada mahasiswa di luar Jawa untuk pertukaran ke Perguruan Tinggi yang ada di Jawa.

Terdengar remeh, namun pertukaran ini dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari luar Jawa untuk menyerap ilmu dan berbagai kemajuan yang tidak dijumpai di tempat asalnya. Pengalaman tersebut bisa diaplikasikan ke Perguruan Tinggi asalnya ketika masa pertukaran selesai. Mahasiswa dari Jawa yang pertukaran ke luar Jawa pun bukannya tak memberi manfaat. Setidaknya, mahasiswa dari Jawa harus bisa melihat persoalan yang ada di luar Jawa sebagai bahan penelitannya. Keduanya akan saling memberikan simbiosis mutualisme.

Bukan cuma mahasiswa, interaksi antar Perguruan Tinggi di Jawa dan luar Jawa juga harus tercermin dari kemudahan para dosen untuk saling mengembangkan riset. Dosen-dosen dapat saling berkunjung dan saling memberikan sesuatu yang positif kepada masing-masing Perguruan Tinggi. Mungkin sudah sering terjadi, namun lembaga pemerintah terkait harus semakin memfasilitasi program-program seperti ini.

Dengan begitu, Perguruan Tinggi di Jawa dapat memberikan pengaruh positif kepada Perguruan Tinggi yang ada di luar Jawa, dan sebaliknya berbagai persoalan yang ada di luar Jawa juga berpeluang untuk diriset lebih lanjut. Pemodelannya juga bisa diterapkan melalui berbagai klaster yang sudah dibentuk, sehingga Perguruan Tinggi terbaik dari masing-masing klaster dapat memberikan pengaruh positif kepada Perguruan Tinggi lainnya di klaster yang sama.

Kesimpulannya, ada dua bagian yang bisa di dorong dalam memeratakan kualitas Perguruan Tinggi di Indonesia. Pertama, dari pemerintah pusat sendiri harus memberikan stimulus terbaik agar pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dapat merata. Kedua, lembaga terkait harus terus mempermudah pengembangan studi antar Perguruan Tinggi, terutama dari luar Jawa ke Jawa. Sehingga tak cuma pertumbuhan dan pembangunan ekonomi saja yang mendapatkan pemerataan, tetapi kualitas riset dan studi di seluruh Perguruan Tinggi-nya juga demikian.

Lebih dari pada itu, baik sektor perekonomian mau pun sektor pendidikan tinggi pastinya akan saling berpengaruh. Perekonomian yang maju akan berpengaruh pada pengembangan di sektor pendidikan tingginya, sebaliknya Perguruan Tinggi yang berkualitas akan menghasilkan modal manusia yang bermanfaat bagi kemajuan perekonomian. Demi mencapai hal tersebut, tentu saja semua harus kembali pada cita-cita bangsa yang luhur, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

 

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *